Rumah di
perkampungan yang berbatasan dengan komplek kami itu sudah cukup lama menarik
perhatian saya. Sebuah rumah
sederhana semi permanen dengan ukuran kecil dan berhalaman luas itu hampir
selalu hidup dengan kesibukan orang hilir mudik merapikan barang-barang bekas
atau rongsokan.
Ada rasa senang dan haru setiap kali melihat kesibukan mereka bekerja dan
bekerja sepanjang hari. Sepertinya urat lelah dan malas telah putus sedari
lama.Saya seperti melihat perjuangan hidup yang terus menyala apinya setiap
waktu.
Saya jadi teringat salah satu bagian kisah di Novel Negeri 5 Menara tentang
salah satu cara unik yang digunakan untuk menge-charge baterai alias memacu semangat yang
sering digunakan oleh Bang Togar, kakak senior tokoh utama dalam novel
tersebut, yaitu Alif Fikri.
Ia mengajak Alif ke sebuah perkampungan di dekat tempat pembuangan sampah
yang kondisi lingkungannya sangat memprihatinkan. Di tempat yang beraroma tak
sedap yang menjadi tempat hidup sehari-hari, kumuh, kotor dsb dll itu,
anak-anak masih saja riang gembira bermain tanpa beban. Gelak tawa ceria
mewarnai hari-hari mereka di tengah kemiskinan yang nyaris absolut. Mereka
tetap mengikuti aliran nasib meski tak banyak harapan yang terlihat di depan
sana.
Menatap anak-anak itu membangkitkan kesadaran Bang Togar, yang ingin ditularkannya
pada Alif, adik kelas dan sekaligus murid dalam hal tulis menulis. Bahwa untuk
seorang pelajar seperti mereka yang masih dapat berjuang dan berusaha,
menentukan peta hidup di depan sana, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur
dengan menggunakan segala daya dan upaya merubah nasib.
Jika membandingkan diri dengan anak-anak tanpa alas kaki
yang berkejaran dengan riang gembira itu, masih beranikah mengeluh dan berputus
asa?
Tidak malukah pada nikmat hidup yang telah diterima yang
jauh lebih banyak keberuntungan yang menghampiri?
Seketika itu Alif tersentak dan tersadar. Ternyata Bang Togar yang semula
ia kenal sebagai ”singa” karena begitu galak dan sadis dalam melatihnya belajar
menulis, rupanya adalah seorang yang peduli padanya. Ia berterima kasih telah
ditunjukkan jalan paling ampuh dalam membangkitkan semangat belajar, semangat
hidup, semangat juang dan sekaligus rasa syukur akan nikmat Allah yang tak
ternilai yang dimiliki. Yang baru ia sadari sepenuhnya hari itu. Hari itu, ia
baru mengerti dan memahami dengan penyadaran khas dirinya sendiri, mengapa
Allah berkali-kali bertanya dan sebagai sebuah peringatan : ”Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang Engkau dustakan?”
Kembali ke pengepul sampah. Tentunya kondisi rumah yang belakangan baru
saya ketahui si pemilik bernama Pak Wr, pria asal Karawang itu tidak seburuk
cerita dalam novel tadi. Pikiran itu melintas saat melihat di seantero halaman
rumahnya penuh dengan tumpukan barang-barang bekas seperti : kardus,
botol-botol plastik, kabel bekas, kulkas bekas, kaleng, koran dst dll…
Pastilah mereka adalah golongan orang-orang dengan kesabaran tingkat tinggi
sehingga selalu bisa mengkondisikan diri untuk bisa senantiasa bersyukur meski
tinggal di sebuah rumah dengan berhias barang-barang bekas yang menggunung.
Mempelajari Pengelolaan Bank Sampah.
Sejak melihat tayangan Kick Andy edisi profile Amilia Agustin - si putri
sampah yang telah saya dituliskan di edisi sebelumnya, ada sebuah keinginan
untuk melakukan sesuatu terhadap sampah ini. Meski saya sendiri belum tahu
apakah kelak bisa diaplikasikan di lingkup terkecil kami, yaitu kelompok arisan
ataupun RT, saya tetap menyimpan keinginan untuk ’setidaknya’ berusaha mempelajari.
Karena belum bisa serius menangani sampah rumah tangga, saya berfikir untuk
mengawali tentang bank sampah.
Tahap pertama telah saya umumkan kepada ibu-ibu arisan di lingkungan RT
kami di bulan lalu tentang ide tersebut. Jika selama ini sebagian besar warga
masih membuang aneka jenis sampah di baknya tanpa pilih-pilih yang kemudian
akan diangkut oleh petugas kebersihan seminggu dua kali, saya berfikir mestinya
bisa dikumpulkan barang-barang bekas yang layak jual itu untuk kemudian
dimanfaatkan sebagai pendapatan kas arisan, atau jika memungkinkan kas RT.
Atau minimal bisa dikembalikan manfaatnya bagi warga lingkungan kami, hanya
dengan sebuah cara sederhana tapi sering terhambat karena ”kemalasan” atau
ketidakpedulian terhadap sampah ini.
Dan ternyata respon teman-teman sangat baik sehingga mereka minta dibuatkan
arus kerja dari mulai siapa yang mengumpulkan, dimana, dijual kemana, siapa
yang bersedia menjadi administrator dsb dll.
Dan tahap keduanya tentu saya harus membuat studi kelayakan atas proyek
sosial ini, dengan mencari data harga beli barang-barang bekas.
Maka, setelah tertunda beberapa minggu, akhirnya kemarin saya berhasil
menemui pemilik usaha pengepul sampah yang sering saya lewati saat memilih
jalan pintas menuju ke pasar terdekat.
Sambil mencatat semua jenis barang yang bisa diterima, berikut harganya,
saya mengajak istri Pak Wr ngobrol kesana kemari. Sekilas ia bercerita bahwa suaminya mengawali pekerjaan dari pembeli
barang-barang rongsokan yang kelilling kampung dan komplek.
Biasanya barang-barang itu akan ditukar ( dibarter) dengan perabotan dapur
seperti piring, gelas, sendok, dsb.
Barang-barang rongsokan itu dikumpulkan ke bos pengepul. Singkat cerita,
dari pengalaman kerja itulah akhirnya suami berinisiatif untuk naik kelas
menjadi pengepul setelah mempelajari seluk-beluk bisnis itu.
Hingga kini, usahanya sudah berjalan selama 6 tahun.
Dari data awal tentang harga beli itulah yang akan saya gunakan untuk
membuat studi kelayakan menindaklanjuti diskusi dengan teman-teman di perumahan
kami. Dan karena hitungan tersebut belum diuji coba, maka tentunya belum layak
untuk saya bagikan di sini.
Kira-kira
inilah tabel pendapatan per bulan usaha Pak Wr, sebagai pengepul / pengumpul
barang bekas/rongsokan. Sebuah profesi yang kadang dipandang sebelah mata oleh
banyak orang. Tabel ini adalah perkiraan yang saya buat berdasarkan obrolan
berapa kali dalam sebulan barang-barang diangkut.
Harga jual
pun saya buat minim sehingga nilai berikut masih mungkin naik seharusnya,
karena jenis barangnya pun lebih dari 11 macam karena keterbatasan data yang
saya miliki. Masih menurut perhitungan saya tentunya…:)
Perkiraan Omzet Pengepul Barang Bekas (
Rongsokan) per Bulan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Keterangan
|
Harga Beli
|
Perkiraan
Harga Jual
|
Jumlah
|
Satuan
|
Total
Harga Beli
|
Total
Harga Jual
|
1
|
Kardus
|
1,000
|
2,000
|
2000
|
kg
|
2,000,000
|
4,000,000
|
2
|
Koran bekas
|
1,600
|
3,000
|
2000
|
kg
|
3,200,000
|
6,000,000
|
3
|
Buku & Majalah
|
1,000
|
2,000
|
1500
|
kg
|
1,500,000
|
3,000,000
|
4
|
Gelas & botol Aqua
|
2,000
|
3,000
|
3000
|
kg
|
6,000,000
|
9,000,000
|
5
|
Gelas Ale-ale & Sejenis
|
1,500
|
2,500
|
2000
|
kg
|
3,000,000
|
5,000,000
|
6
|
Ember, mainan anak2
|
1,500
|
2,500
|
1000
|
kg
|
1,500,000
|
2,500,000
|
7
|
Besi
|
4,300
|
6,000
|
1000
|
kg
|
4,300,000
|
6,000,000
|
8
|
Kabin
|
3,000
|
5,000
|
1000
|
kg
|
3,000,000
|
5,000,000
|
9
|
Kaleng
|
2,500
|
4,500
|
500
|
kg
|
1,250,000
|
2,250,000
|
10
|
Tembaga
|
50,000
|
55,000
|
50
|
kg
|
2,500,000
|
2,750,000
|
11
|
Buku Tulis
|
1,200
|
2,600
|
750
|
kg
|
900,000
|
1,950,000
|
|
|
|
TOTAL
|
14.800
|
kg
|
29,150,000
|
47,450,000
|
|
|
|
|
|
|
PROFIT BRUTO
|
18,300,000
|
Jika biaya
operasional per bulan ( termasuk gaji karyawan) mencapai maksimal 40% dari
keuntungan maka Pak Wr mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp.10,9jt/ bulan.
Sebuah
nilai yang beberapa kali lebih tinggi dari standard UMR tentunya.
Ini
bukan ditujukan untuk mengecilkan hati teman-teman yang bekerja di pabrik atau
lainnya. Melainkan tak lebih sebagai sebuah cermin diri. Bahwa selama seseorang
berusaha dan berjuang dan mau terus belajar, dengan resiko-resiko yang mengikutinya,
maka Sang Pencipta nan Maha Pengasih dan Penyayang pasti akan menurunkan
rizkiNya.
Tidak
peduli ia seorang buta huruf, lulus SD sekalipun. Karena kelas pembelajaran di
Universitas Kehidupan ( UK) itu seringkali lebih aplikatif dibanding
kelas-kelas formal dalam ruang berbatas adonan semen dan batu bata/bataco.
Lalu
seberapa banyak, atau seberapa bermanfaat ilmu yang kita dapat di UK kita? Mari kita tengok diri
masing-masing…..:):)
oleh : dita widodo