Laman

Menariknya Aktivitas Debrief

MENARIKNYA SEBUAH AKTIVITAS DEBRIEF

DEBRIEF merupakan proses membimbing suatu refleksi pengalaman. Agar bisa belajar dari pengalaman, seorang peserta pelatihan harus aktif merefleksikan pengalamannya dengan mengevaluasi kebaikan atau keburukan, menganalisa keberhasilan maupun kegagalan, melihat ulang akibat-akibat perbuatan atau keputusannya, dan membuat antisipasi hal-hal yang akan terjadi. Dengan cara beginilah, seorang peserta belajar dari pengalaman.

Aktifitas debrief  mengharuskan seorang fasilitator secara aktif membimbing peserta  untuk melibatkan diri secara penuh dalam proses ini. Biasanya debrief dilakukan melalui diskusi terbuka yang diharapkanakan menghasilkan pembelajaran dari pengalaman peserta. Peserta akan mengungkapkan pemikiran-pemikiran mereka terhadap berbagai hal menyangkut kelompoknya dansedikit demi sedikit apa yang dia pikirkan, bahkan yang dikuatirkan, bukan lagi cara pandang individu tetapi akan menjadi cara pandang kelompok. Debriefing yang baik akan menghasilkan komitmen –baik kelompok maupun pribadi- yang merupakan sikap mental bilamana mereka di masa mendatang menghadapi permasalahan serupa, meski dalam bentuk dan situasi yang berlainan.

MENGAPA DEBRIEF PERLU DILAKUKAN?
Bila tujuan utama pelatihan outdoor adalah untuk memberi ruang bagi peserta belajar dari pengalaman tentang pemahaman diri maupun hubungan antar personal, maka peran debrief adalah untuk memastikan tujuan ini tercapai dengan cara membantu peserta lebih dekat dengan dirinya dan lebih berperan dalam kelompoknya.  Tanpa debrief, peserta mungkin masih bisa menikmati pengalaman petualangannya, namun cenderung sekedar sebagai unsur fun.  Dia belum tentu mendapat pembelajaran dari pengalamannya tersebut.  Mungkin saja banyak orang yang tertempa oleh pengalaman yang telah mereka lalui, namun tanpa refleksi yang terarah banyak sekali pembelajaran yang hilang. Debrief mengoptimalkan pembelajaran karena mengajak orang-orang men-sharing-kan tanpa malu-malu pikiran-pikiran mereka dan mendapati bahwa banyak orang sependapat dengan pemikirannya.

Dalam pelatihan yang menggunakan media aktifitas bersifat tualang, debrief juga berperan dalam menghadirkan metafor, dalam hal ini aspek-aspek petualangan yang hampir sama (analog) dan ada pada kehidupan nyata. Banyak aspek di dunia petualangan bisa dengan cepat dipelajari dan dialami, misalnya panjat tebing, pendakian gunung, dll. Namun tidak demikian halnya bila menginginkan seorang peserta didik untuk memahami dan ‘mengalami’ aspek-aspek tentang perkembangan pribadi atau efektifitas hubungan antar personal.  Dengan debrief, beberapa aspek pembelajaran yang lebih bersifat ‘abstrak’ lebih mudah untuk dicerna dalam konteks kegiatan nyata.

SIAPA YANG HARUS MELAKUKAN DEBRIEF?
Pada dasarnya, seorang fasilitator kelompok bertanggung jawab atas terselenggaranya aktifitas debrief ini. Fasilitator juga bertanggung jawab terciptanya situasi berdiskusi yang normatif dan nyaman dimana para peserta bisa secara terbuka mengungkapkan opini mereka, setiap orang mendapatkan porsi dan hak bicara yang seimbang, dll.

Namun, seorang fasilitator bisa saja memberikan kesempatan para peserta untuk melakukan debrief mereka sendiri, bilamana -setelah beberapa kali debrief- para peserta sudah lebih berkembang dan kelompok sudah mulai terbiasa dengan aktifitas debrief ini. Hal ini sebenarnya menguntungkan fasilitator karena biasanya peserta lebih bisa leluasa dalam mengungkapkan pendapat mereka. Pada saat seperti ini seorang fasilitator bisa membantu mengarahkan debrief kelompok tersebut dengan sekali sekali mengajukan pertanyaan metaforis, atau pertanyaan yang membantu peserta mengingat kembali beberapa penggalan kejadian yang telah mereka alami yang relevan dengan nilai-nilai yang sedang dicoba untuk dipahami peserta.

KAPANKAH DEBRIEF DILAKUKAN?
Debrief  akan efektif bila dilakukan secara sering dan segera. Debrief  sebaiknya dilakukan segera setelah aktifitas usai dilakukan saat pengalaman masih begitu segar dalam ingatan peserta. Jangan menunda-nunda debrief - kecuali para peserta sudah sangat kelelahan- karena semakin lama proses refleksi ini ditunda semakin besar kemungkinan peserta akan lupa.  Jangan melakukan satu debrief  terhadap beberapa aktifitas yang berbeda karena terlalu banyak pengalaman yang terakumulasi menyebabkan banyak detil peristiwa hilang sehingga debrief akan tumpul. Bila satu aktifitas  membutuhkan waktu yang lama dan banyak hal terjadi sepanjang proses tersebut, misalnya aktifitas Jungle Expedition yang memakan waktu berhari-hari, debrief bisa dilakukan secara periodic dengan membaginya dalam kurun waktu tertentu. 

Debrief  bisa saja dilakukan ditengah proses kegiatan. Hal ini bisa dilakukan bila peserta mengalami kesulitan menyelesaikan suatu aktifitas yang lebih disebabkan pada masalah komitmen atau semangat para peserta sehingga fasilitator merasa perlu melakukan intervensi. Debriefing jangan dilakukan dengan tergesa-gesa. Beberapa ahli bahkan membuat perumpamaan  bahwa lamanya debrief kurang lebih sama dengan lamanya aktifitas. Namun tentu saja tidak harus dilakukan persis selama itu namun perumpamaan tadi memberi gambaran pentingnya proses debrief yang sabar dan hati-hati. 

DIMANA DEBRIEF DILAKSANAKAN?
Melakukan debrief di dekat lokasi kegiatan akan membantu peserta mengingat pengalaman mereka, mendorong mereka lebih bisa menvisualisasi refleksi mereka. Bila mungkin, lakukan debrief di tempat dimana peserta mungkin masih merasakan pertalian antara dirinya dengan kejadian yang baru saja mereka alami, missal debrief  ‘Spider Web’ di samping jarring laba-labanya, debrief High Ropes di bawah pohon di penghujung Flying Fox, atau debrief Rock Climbing di puncak tebing pemanjatan.

Carilah tempat debrief yang special dan agak sentimental. Pada kegiatan ekspedisi dalam pelatihan Mobile Course yang berpindah-pindah, debrief bisa dilakukan di dekat api unggun setelah makan malam. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemilihan tempat tersebut tidak terlalu bising atau banyak gangguan, misalnya api perapian terlalu besar atau malah sering padam dan terlalu berasap, sehingga merusak konsentrasi peserta.

Bagaimana melakukan debrief yang efektif ? apa itu teori contong dalam debrief ? dan apa saja yang menyulitkan proses debrief ? akan kami kupas tuntas dalam edisi ke tiga.  Sabar ya.

Soel Winarno

Outdoor Trainings Specialist
Anggota Dewan penasehat DPP AELI

Cerita Tentang Lukman


Cerita tentang seorang yang bernama Lukman

“kalau saya harus memilih siapa peserta yang paling favorit selama workshop ini, maka saya akan memilih Lukman” demikian kata mas Yudi, perwakilan dari AELI DPD Bali.  Tentunya paa pembaca ada yang bertanya-tanya ? kenapa peserta yang bernama Lukman bisa mendapatkan gelar tersebut ?
Apa bayangan pertama para pembaca tentang seorang lukman ? kalau dikaitkan dengan favorit mungkin, orangnya lucu, supel dan paling tidak sangat bisa membuat suasana selama workshop jadi meriah.  Atau mungkin juga karena orangnya pintar, cerdas dan bisa seakan-akan menguasai seluruh materi yang diberikan oleh para isntruktur dan ketika diberikan test mendapatkan nilai yang paling tinggi.

Pertama kali mendapatkan info tentang siapa itu lukman, penulis diberitahukan  “ mas, lukman itu dihari pertama pasif, jarang bicara dan ketika diminta untuk bicara luar biasa groginya” . Oya....tetapi seiring dengan berjalannya waktu workshop lukman akhirnya bisa secara perlahan tapi pasti bisa mengikuti” rytme  kehidupan” workshop.  Bahkan dalam salah satu hari bersedia ditunjuk untuk menjadi ketua,  Bicaranya mulai lancar, rasa PD nya mulai terbangun.  Berbagai kegiatan, materi dan simulasi bisa diikutinya dengan baik. dan menurut kacamata temen temen peserta workshop improvement lukman luar biasa.  

Lukman adalah utusan dari AELI DPD kepulauan Riau.  Saat ini tinggal di Batam.  Lukman bukanlah orang asli Riau atau batam.  Lukman nggakunya berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur.  Seperti anak muda lainnya, lumayan rapi penampilannya, tetapi kesan “daerahnya” masih lah tetap ada.  Wajahnya yang sedikit “baby face aha” tampak selalu segar, ramah dalam berbicara dan hormat dengan lawan bicaranya, hal itu mungkin bisa dimengerti karena lukman adalah salah satu peserta workshop yang paling muda.

Ketika acara closing berakhr dan semua peserta dan panitia saling bersalaman, Lukman pun menangis haru.  Dia merasa sedih berpisah dengan teman –teman barunya  di AELI.  Dan kami semua pastinya senang dan bangga punya anggota seperti seorang lukman.  Bukan karena usia mudanya, bukan karena rasa sedihnya ketika berpisah tetapi karena semangat untuk maju dan berkembangnya.  Perlu pembaca tahu, di sela-sela penulis ngobrol dengan lukman, penulis baru tahu bahwa Lukman yang saat ini adalah seorang yang sangat potensial untuk menjadi seorang fasilitator EL, dulunya adalah seorang penjual nasi goreng di batam......kemudian setelah “resign” karena ditinggal oleh kakaknya , langsung mencari teman daerahnya di batam lalu singkat cerita diajaklah untuk menjaga sebuah kios air soft gun.  Kemudian cerita berlanjut hingga menjadi “duta” AELI DPD kepulauan Riau di acara workshop AELI di Citarik.

Mungkin di AELI ada juga “lukman-lukman “ yang lain, yang awalnya beraktivitas dibidang yang jauh dengan dunia EL dan sekarang aktif berprofesi di dunia EL.  Semoga dunia EL bisa menjadikan kita semua menjadi manusia yang lebih bail, lebih mempunyai mimpi yang besar dan kita semua berikan semangat untuk dapat mewujudkan mimpi besar tersebut. Amiin

Agoes susilo jp
Keep in spirit institute – 0812 9969 035

Berbagai RASA di Arena Workhsop AELI


BERBAGAI  “RASA” dari arena WORKSHOP AELI
Sebuah acara yang sempat tertunda

Citarik – base camp arus liar sampai dengan hampir pertengahan tahun 2014 ini sudah dua kali “diserbu” oleh temen – temen AELI.  Pertama kali pada saat acara open house dan kedua kali pada saat acara workshop AELI.  Yang lebih seru lagi untuk acara workshop di serbu oleh temen temen dari berbagai daerah, ada lebih dari  6 DPD AELI yang mengikuti acara tersebut.

Aroma “kangen-kangenan” pastinya menjadi sesuatu yang menjadi pembuka acara tersebut.  kalau selama ini diantara peserta ada yang hanya bertemu dan “ngobrol” via media sosial saja, atau hanya tahu nama dan lihat fotonya saja maka pastinya pas bertemu semuanya jadi seru ceritanya.
Perjuangan temen temen juga luar biasa untuk bisa “menemukan” tempat workshop tersebut.  ada Mas Yasin yang dengan full support temen temen dari AELI DPD jatim berangkat dari malang dengan kereta menuju Bandung . Dan itu ternyata merupakan route pertama kali yang pernah dilaluinya. Setelah itu nyambung menuju sukabumi dan lanjut ke citarik.

Lain ceritanya dengan dengan “kontingen”Sumatra utara, kang opay, mas susilo dan bang ilham.  Dari Medan sudah janjian sama Om Sis , sekjen AELI, dengan kuda besinya dengan semangat 45 dan reformasi menuju ke Citarik dan ternyata....kuda besinya di tengah jalan bermasalah.  ( sepertinya kurang di kasih rumput ..he..he... ) tetapi karena niatnya sudah bulat akhirnya lanjut lagi hingga tengah malam baru sampai Citarik.  Amazing journey.

Cerita workshop pastinya bermacam-macam rasanya, ada tentang “tragedi “ ice breaking kemudian menjadi “ stone breaking” , tentang diskusi seru, kalau pinjam istilahnya Mas Yassin, tentang beberapa hal yang berkaitan dengan asosiasi, tentang usulan untuk membicarakan apa “jenis kelamin” EL itu, tentang Big picture dari kang Tonny Dumalang yang ..aha dan ahai banget, tentang HALT – nya mas Soel yang luar biasa, tentang dua kelompok yang berkompetisi yang “kurang” seimbang, tentang senam yama dari Om Sis, Tentang senam yoga yang setelah senam beberapa peserta  bertanya kaitannya dengan pernafasan, tentang penghormatan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi hari. Dan juga tentang “trend” sakit perut yang menghampiri beberapa peserta dan panitia workshop

Pemahaman dan pencerahan tentunya banyak sekali yang diberikan pada saat acara tersebut.  Tentang juklak dan juknis dalam menjalankan organisasi juga tidak kalah menariknya.  Keseragaman dan kebersamaan tentunya sebuah awal untuk maju bersama-sama di AELi dan semangat untuk itu tentunya juga dengan tetap menghormati AD ART assosiasi yang telah ada.  Dinamika dalam sebuah organisasi adalah sebuah kebiscayaan, terlebih bagi AELI yang belum lama berdiri.  Semangat untuk menerima masukan dan semangat untuk mencari yang terbaik tentunya adalah yang menjadi “komando” nya.

Event Workshop AELI kemaren pastinya disana sini pasti ada yang kurang.  Pasti ada yang tidak pas.  Tetapi event tersebut bagaimanapun juga sudah kita laksanakan dan berbagai pencapaian pastinya juga sudah didapatkan baik secara pribadi maupun secara kebersamaan antara peserta dan panitia.  Kami berharap suasana akrab, ilmu dan pengalaman selama workshop bisa ditularkan kepada temen temen anggota AELi yang lainnya.  Bagi temen temen dari DPD yang belum bisa hadir pada waktu kemaren diharapkan segera mempersiapkan diri  untuk bisa mengikutinya kembali.  Mengenai format acara, waktu dan tempatnya segera akan diinformasikan oleh pihak DPP.....salam EL.

Agoes susilo JP
Keep in spirit isntitute

Open House AELI @Citarik


MEMBUKA RUMAH KITA
Sebuah catatan ringan dari acara open house AELI

Melaksanakan sebuah program yang sifatnya public tentunya banyak sekali pertanyaan yang tiba-tiba muncul.  Dan hampir semuanya mengarah pada “kekhawatiran”.  Hal itu adalah wajar tetapi menjadi tidak wajar kalau hanya berhenti pada perasaan khawatir itu.

Dalam dunia EL pastinya semuanya baru bisa diambil pengalamannya kalau sudah dilakukan.  Dan itulah yang terjadi dari “proyek” pertama Pengurus AELI periode saat ini. Dengan berbagai persiapan dan perencanaan alhamdulillah program Open house AELI tahun 2014 bisa dilaksanakan.  Programtersebut dilaksanakan di base camp Arus liar – Citarik dengan dihadiri oleh temen temen dari HRM Club – sebuah komunitas HRD di salah satu wilayah di jabodetabek dan juga temen temen provider .

Kegiatan open house ide dasarnya adalah untuk sosialisasi tentang keberadaan AELI itu sendiri dan juga tentang methode Experiantial Learning ( EL ).  EL kalau dibandingkan dengan istilah outbound pastinya masih kalah “memasyarakat”.  Istilah outbound sepertinya sudah menjadi bahasa serapan yang sudah “jadi” saat ini.  Sebagian besar masyarakat di negeri ini pastinya sudah “akrab” sekali dengan istilah tersebut, walaupun kalau bicara makna dari istilah outbound itu masih 1001 arti dan maknanya.

Berbagai hal terjadi dalam kegiatan open house tersebut.  Salah satu yang menarik pastinya informasi tentang sebagian besar , kalau tidak boleh bilang, seluruh peserta open house yang berasal dari HRM Club yang masih belum tahu tentang apa itu methode EL.  Data ini pastinya menarik kalau kita ingin men-sosialisasikan mehode EL tersebut ke masyarakat luas.  Ini penting.  Apalagi bagi kita yang sudah mengerti dan menyadari bahwa methide EL ini sangat bagus dipakai dalam program pelatihan, pendidikan  bahkan dalam membantu menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.  Ibaratnya El itu salah satu “senjata” yang sangat digdaya, tetapi kalau masyarakat tidak tahu apalagi paham tentang manfaat senyata itu dan bagaimana menggunakannya dengan baik maka sepertinya jadi sia sia.

AELI pastinya sangat concern dalam hal sosialisasi untuk mengedukasi  msayarakat tentang masalah EL tersebut dan lewat event house tersebut langkah itu sudah mulai diayun.  Semoga setelah itu secara bersama sama temen temen AELI baik yang di DPP maupun DPD bisa bersama – sama dan bahu membahu melakukan hal tersebut.

Agoes susilo JP
Keep in spirit institute