Laman

Energi Positif


ENERGI POSITIF
Sebagai Bahan Bakar Kebermanfaatan Kehidupan

“Orang bijak adalah orang yang menyadari bahwa kesehatannya merupakan nikmat paling berharga yang dia miliki”. –Hippocrates

Ketika semangat anda memuncak, saat itulah energi meningkat, seperti pada hukum demand & suplay pada prinsip ekonomi. Namun, untuk memenuhi permintaan akan energi ada beberapa media yang dapat meningkatkannya,  kembali saya diingatkan pada tanggung jawab orang yang memiliki ilmu oleh seorang teman satu angkatan di CLC (Certified Leadership Course sport for all) yang diselenggarakan oleh Tafisa bekerjasama dengan Formi Nasional bulan Agustus Tahun 2011, biasa aku menyebutnya Pa Rakun dalam obrolan sore dibawah tenda bazar pada acara  International Taichi Competition, “tua itu pasti, tetapi menjadi manusia tua yang bermanfaat itu adalah pilihan”,  hidup didunia ini setiap insan hanya mencari manfaat yang positif atas dirinya begitu katanya, disambung lagi oleh Pa Elvi mantan atlit yang kini menggawangi Yayasan Nusa Bangsa Soccer dapat di tambahi hal – hal yan mempengaruhi munculnya Energi positi guna meningkatkan kebermanfaatan diri kita buat orang lain, dan Ternyata pola makan, minum, bernapas dan berolahraga berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang, Dalam pandangan saya, manusia terbagi menjadi tiga kelompok :

1.      Pertama, orang yang sukses dalam berbagai sisi kehidupan. Mereka bekerja dengan semangat baja dan didukung intelektualitas memadai. Pola makan mereka sehat, berolahraga secara teratur, dan menyediakan waktu khusus untuk dirinya dan keluarga. Kehidupan mereka sehat dan seimbang.

2.      Kedua, orang yang sukses sebatas pekerjaan saja. Tujuan mereka hanyalah bagaimana mereka mampu bekerja secara rutin dan sunguh-sungguh, serta berupaya mengumpulkan harga kekayaan. Mereka sukses dalam sisi materi, tapi justru sebaliknya disisi yang lain. Misalnya, pola makan mereka tidak sehat, pecandu rokok, minum kopi dan teh secara berlebihan, bahkan suka menenggak minuman beralkohol. Mereka jarang berolahraga. Mereka selalu berkilah tak punya waktu selain bekerja. Intinya, mereka selalu sibuk dengan tuntutan kerja mereka.

3.      Ketiga, orang yang hidup dalam kesia-siaan, mereka mengawali harinya dengan merokok dan minum kopi. Saat berangkat kerja mereka harus berpacu dengan arus lalu lintas dan kembali kerumah di sore hari dengan menyantap makanan cepat saji tanpa memperhatikan nilai gizinya. Mereka sering meononton televisi sampai tertidur. Hari-hari mereka selalu diisi dengan kepulan asap rokok dan kopi. Dalam diri mereka, tidak ada sedikitpun keinginan untuk berolah raga. Dengan kebiasaan seperti itu, enegi mereka melemah dan kesehatan mereka kian memburuk.

Ketiga kelompok manusia ini kerap kali kita temukan di sekitar kita, George Bernard Shaw pernah berkata, “ Akal yang sehat berada dalam tubuh yang sehat”. Karena itu tiket masuk untuk menjadi sehat dan bahagia adalah meningkatkan taraf keduanya,

Bagaimana meningkatkan Energi Positif dalam diri padahal kita masuk kedua dan ketiga golongan diatas ? pertanyaan ini juga yang kerap menghigapi disetiap saya mengisi seminar, “Sulit sekali kita bisa melompat tinggi bila masih membawa beban keril berat di pundak ini. Lepaskan keril itu, maka kita bisa lari yang cepat untuk berancang melompat  ke tempat yang lebih jauh dan tinggi, sesuai dengan energy dan harapan yang diinginkan. Ikhlaskan apa yang harus di ikhlaskan, lepaskan apa yang harus dilepaskan, maafkan apa yang harus di maafkan. Namun, bila ada kekeliruan yang telah tergores dimasa lalu, maka … mulailah dengan berlatih merealis bad habits yang masih dimiliki, dimulai dengan :
1.      Tulislah dengan tenang dan damai (jelas dan tegas) hal-hal yang anda sendiri tidak senang dari anda (misalnya kebiasaan/prilaku buruk),  dan anda sangat berharap hal tersebut berkurang bahkan berkurang dari waktu-waktu. Jika mengalami kesulitan mintalah pendapat orang terdekat anda untuk menuliskan apa saja yang mereka tidak senangi dari anda ( agar leluasa tinggalkan orang itu menulis, anda hanya menerima hasilnya).
2.      Pajanglah tulisan itu ditempat yang mudah dilihat tiap hari anda akan merealis (membuang) satu persatu dari perilaku buruk itu, “Awasi pertanyaan dan pertanyataan anda” contoh : kenapa yah kok dia tulis itu ?, atau kayanya saya gak begitu juga sih ! terima saja dan fokuslan pada bagaimana tulisanan itu dari waktu-waktu berkurang bahkan menghilang dari diri anda, dengan cara sebelum tidur bayangkan pribadi yang paling anda kagumi perhatikan cara dia berbicara, berkawan, bagaimana menghargai lawannya dan semua tentang dia, ucapkan dalam hati ‘aku ingin seperti dia.. aku ingin seperti dia.. aku ingin seperti sambil berucap sambil membayangkan model yang yang ingin anda tiru.

PERANAN FASILITATOR Catatan : Workshop Experiential Learning

Workshop Experiential Learning
Processing Experiential Learning Become Good or Great
13 – 15 Agustus 2014, Banyu Sumilir – Yogyakarta.

SERI 1 : PERANAN INSTRUKTUR DALAM PROGRAM TRAINING.
Catatan kecil sebagai peserta dan perwakilan Dewan Pengurus Pusat – Asosiasi Experiential Learning Indonesia oleh Isharyadi , setelah acara pembukaan dilanjuti oleh Tonny Dumalang sebagai praktisi Experiential Learning, selain sebagai trainer beliau juga yang mendesain Big Pitcure dari Metode Experiential Learning yang akan disajikan secara lengkap melalui workshop, mini series workshop maupun model sosialisasi yang lainnya agar perkembangan experiential learning atau EL dapat menjadi pondasi trainer – praktisi – coach – guru – fasilitator – dosen dalam menyajikan materi secara maksimal dengan memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal.

Lembaga yang tumbuh dan berkembang biasanya sudah membagi bagi kegiatannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi . Pembagian itu ditunjuk orang untuk menjalankan kegiatannya. Secara alami , orang akan berkembang bersama dengan dunia yang digelutinya. Akan tetapi, seringkali akselerasi pertumbuhan lembaga menuntut orang berkembang lebih cepat. Keduanya berpacu dalam arena atletik yang berlangsung setiap saat.

 

Untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan itu tidak ada lain hanya dengan mengisi jenjang pengetahuan, ketrampilan dan sikap orang tersebut – itulah yang disebut pelatihan.  Di dalam model proses pelatihan terdapat 2 konsep pemikiran pelatihan yaitu Tradisional dan Sistem :


1.      Konsep Tradisional – biasanya melakukan indentifikasi pelatihan secara sumir, kurang matang. Sasarannya terlalu umum, sulit di ukur, kurang jelas batasannya dan kurang sesuai kebutuhan. Jelas desain programnya tidak tepat dan pengaruhnya adalah rendahnya motivasi, tidak merasa terlibat serta dapat menghambat proses belajarnya.

2.      Konsep Sistem – mencoba mengaitkan hasil dari setiap sub sistem / sub proses tidak sebagai hasil akhir, tetapi secara kontinyu dikaji dan diartikan kembali. Hasilnya adalah pertanyaan pertanyaan, jawaban jawaban dan tindakan tindakan yang spesifik pada sub proses selanjutnya. Dengan demikian diharapkan program bermanfaat dan memang mereka membutuhkan.

Dalam mengaplikasikan program yang diharapkan agar setiap investasi yang dikeluarkan dapat berdampak nyata – terukur dan terarah, pada akhirnya peningkatan produksi yang dihasilkan dari tiap individu dalam dirasakan.

Workshop dimulai dengan Bagaimana Membedakan Kualitas Kita “Divergent Thinking” disajikan oleh Tonny Dumalang, berpikir kreatif mengembangkan pola pikir guna melatih membangun “bag tricks” dengan latihan seperti :
1.      Sebutkan beragam fungsi gelas dengan ketentuan : berbeda – positif – berkesan.
2.      Berapakah jumlah kotak bujur sangkar
3.      Sampai apakah persamaan dari matahari 

Hal ini dilakukan guna membangun KONSEP DIRI sebagai  Instruktur adalah telah memahami tujuan program, desain program dan perannya. Tim Instruktur akan dipimpin oleh Course Director yang bertanggung jawab terhadap arah program yang dijalankan. Course Director juga memiliki kewenangan untuk mendesain ulang program pada saat di lapangan, bila ternyata kemampuan dan kebutuhan individu dan kelompok terlalu lambat / terlalu cepat. Hal ini juga mengacu pada pola Progressive & Sequential Programming  di atas – kapan  harus diberikan.


A.     Peran Instruktur :
Peran instruktur bukan sebagai guru, mengacu pada peran dalam Proses Edukasi di Outward Bound,tetapi sebagai : The Role of The Instructor  in the Outward Bound Educational Process by Kenneth R. Kalisch 1979 :
1.     Skill Trainer,
2.     Design Program,
3.     Translator,
4.     Counselor dan
5.     Facilitator peserta selama kegiatan berlangsung .

Kunci suksesnya program adalah Instruktur, elemen lainnya juga penting. Tetapi tidak ada yang sangat berpengaruh terhadap arah dan kemurnian belajar. Tanggung jawab yang berat setiap harinya membuat tidak ada satupun yang dapat menggantikan hubungan peserta yang antusias dengan guru yang amat dihargai. Walaupun dibandingkan dengan gabungan tehnik dan kegiatan yang heboh sekalipun.

Hubungan itulah yang membuat pengalaman menjadi positif dan sukses,sekaligus menjadi suntikan yang berarti dan signifikan sebagai alat menjelaskan nilai nilai individu dan arah kehidupan.

Didalam kesempatan lain saya juga menikmati sajian pelatihan sebagai Instruktur, dengan nama yang berbeda-beda ada yang “Train The Trainer”, “Training for Trainer”, atau “Training of Trainer” penyajian workshop kali ini dengan durasi 5 hari (workshop pertama) dan 3 hari (workshop kedua) ini sangat berbeda dengan materi yang lengkap di bahas tuntas, dengan menggabungkan keilmuan lainnya seperti Public Speaking, NLP, Management dengan Experiential Learning. Materi yang disajikan oleh kedua praktisi ini “Sulistiyo S Winarno dan Tonny Dumalang” seperti :

THE BIG PICTURE – Prosecessing Experiential Learning Become Good or Great
1.      Keorganisasian AELI
2.      Pondasi Perspektif
a.      Sejarah dan Metode Experiential Learning
3.      Kerang Kerja Program
a.      A.P.P.L.E (Asses – Plan – Prepare – Leading – Evaluation)
b.      Design Program
4.      Konsep Diri
a.      Peranan Instruktur
5.      Konsep Proses Pembeljaran
a.      Teknik Fasilitasi
b.      Strategi Memberikan Instruksi
c.       Fasilitasi yang Baik
d.      Debrief
6.      Konsep Kegaitan Dalam Proses Pembelajaran
a.      Kategori Kegiatan dan Sekuen
b.      Risk Management
c.       Simulasi Program dan Fasilitasi Kegiatan.

Di bawah ini akan diperjelas secara ringkas peran peran instruktur yang saling berhubungan. Utamanya adalah disikapi bahwa peran peran tersebut adalah peran dan tanggung jawab yang ideal dimana setiap instruktur tidak mungkin memenuhi semua kriteria tersebut dengan sempurna / lengkap. Tetapi merupakan upaya menerjemahkan dan mengaplikasikan teori dan kegiatan sebagai ruang belajar yang sangat luas untuk diproses.

1.      SEBAGAI SKILL TRAINER
Diskripsi Peran :   Dimanapun peserta sebagai subyek dilingkungan yang baru akan banyak ketrampilan baru yang harus dipelajari. Ketrampilan itu akan membantu dan meningkatkan kepercayaan diri untuk berhasil, baik hanya teori/praktek.Tetapi peran instruktur adalah mendorongnya untuk trampil dengan demikian peserta memiliki perspektif  baru dengan nilai nilai baru. Sekaligus juga instruktur menemukan cara cara pendekatan yang pas untuk peserta / kelompok.

2.      SEBAGAI PROGRAM DESIGNER
Diskripsi Peran :   Sebagai seorang pengajar, pertanyaannya bukan pada ”apa yang dilakukan dengan itu ” tapi ” apa yang akan dilakukan untuk mereka ”. Metode dan material apa saja yang dapat dikembangkan untuk mereka agar menjadi manusia yang berkemampuan lebih.

      Ini adalah pekerjaan menuntut untuk terus berpikir, berkreasi dan mengadaptasikan. Pertumbuhan belajar selalu dinamis, tidak selalu berpedoman pada aturan dan pengaruhnya atau prinsip prinsip perubahan perilaku. Pada tingkat yang sederhana, pendidikan adalah mencari seseorang yang dapat berbagi pengetahuan dengan orang lain yang memiliki ke inginan.

       Jangan coba untuk memuaskan ke egoan diri dengan mengajarkan banyak hal bagus. Bangkitkan ke inginan tahuan mereka, itu sudah cukup untuk membuka pikiran dan jangan sampai meluap. Berikan peluang yang cukup. Bila ada “barang barang” yang mudah “terbakar”, hal itu akan segera terbakar. Anatole France

3.      SEBAGAI TRANSLATOR
Diskripsi Peran :   Peran instruktur tidak hanya cukup mengajar ketrampilan yang penting dan cocok dilingkungan yang baru dan desain pengalaman pendidikan. Tetapi harus sebagai pemenuhan tanggung jawab pengajaran, karena ada kepercayaan bahwa dengan pengalaman saja sudah cukup adalah hal yang menyedihkan.
     
Instruktur yang efektif kerap kali bertindak sebagai jembatan antara peserta dengan pengalamannya. Ia akan menjalankan perannya untuk menerjemahkan pengalaman intinya kedalam kata kata yang teratur dan berkonsep. Kemudian memasukannya kedalam simbol simbol yang berarti dan signifikan. Walaupun nantinya banyak pikiran  peserta yang menemukannya, itu sudah maksimal sebagai intervensi instruktur terhadap peserta.

      Haruslah berhati hati pada kondisi ”indoktrinasi dan ketidak terlibatan penuh” terhadap individu peserta. Tantangan bagi instruktur adalah memfasilitasi proses tersebut sebagai hal yang dapat mempengaruhi perubahan cara berpikir dan perilaku.

4.      SEBAGAI GROUP FACILITATOR
Diskripsi Peran :   Karakteristik di Outward Bound adalah menekankan pada pengembangan kelompok kecil. Programnya sebagai kendaraan kegiatan sosial untuk tujuan pertumbuhan individu.
Pengalaman kelompok kecil yang terstruktur dalam :
      ” Membuat kondisi untuk meningkatkan kemungkinan perubahan yang terjadi pada individu. Ini dapat dicapai dengan penegakan norma norma standar kelompok yang dapat mempengaruhi terhadap individu individunya. Dapat dikatakan bahwa individu berani menggunakan kemampuannya dan sumber sumbernya untuk dibawa kedalam perubahan yang produktif dikelompoknya ”
Arthur M.Cohen and R.Douglas Smith, The Critical Incident In Growth group :
Theory and Technique (La Jolla, California:University Associates-1976) pg 59-60

Sebagai fasilitator, instruktur  hanya memperhatikan mendengarkan apa yang diungkapkan, dirasakan peserta dan bagaimana mereka mencari jalan pemecahan masalah selama kegiatan berlangsung serta mencari hubungan-hubungan dari kegiatan yang telah dilakukan dengan kehidupan sehari-hari.

5.      SEBAGAI COUNSELOR
Diskripsi Peran : Oleh karena di Outward Bound peserta dihadapkan pada kondisi sosial yang kontras dan pisik lingkungan yang memberikan pengalaman “problem solving” dalam berbagai tingkat kecemasan. Maka Instruktur harus bersiap diri sebagai counselor.

Dalam ketidak nyamanan, peserta merasa tidak aman, kehilangan keseimbangan, suasana yang diluar kontrolnya. Peserta biasanya membutuhkan dukungan dari seseorang yaitu instruktur sebagai pilihan pertamanya. Instruktur dengan pengenalan yang teratur dan dipersiapkan serta instruksi yang jelas, asumsinya adalah memberikan perbedaan. Harapannya peserta menemukan bagaimana mengfungsikan dengan lebih menyenangkan. Instruktur meresponnya dengan penuh perhatian dan sikap penuh perasaan / empati. Disinilah hubungan ”Counseling” dimulai, dimana instruktur harus bersikap dewasa dalam menjaga “ hubungan “ dengan peserta. Karena harus dapat memisahkan peran dan keterlibatan emosional yang dapat menimbulkan keberpihakan atau berlebihan.

Ingat !
Etika Instruktur yang harus ditaati dan berlaku umum :
1.      Engaged (Persamaan), dalam beberapa kesempatan makan yang dipisahkan, berkacamata hitam saat kegiatan,  jas ujan yang bermerk, pakaian yang mencolok,  bercanda yang berlebihan, dan banyak lagi hal – hal yang membedakan peserta dan instruktur sehingga mengalami perbedaan.
2.      No Judgment, No False or Right di ganti dengan Present & Missing, Instruktur tidak menjadi  hakim bagi peserta kuasai pikiran untuk mencari kata pengganti atas ketidak sesuaian, menguasai teknik apresiasi menambah kemampuan anda untuk tidak benar atau salah kepada peserta.
3.      No Self Standar, Pengalaman - Pengetahuan dan Keterampilan tertentu mempengaruhi seorang insruktur memiliki standar atau prinsip tertentu padahal belum tentu hal itu sesuai dengan orang lain.

Asumsi Umum
Membangun Program berbasis Experiential Learning :

1.      Persamaan derajat manusia
2.      Selaras dengan alam
3.      Batas Kemampuan
4.      Peduli
5.      Masa depan dan diri
6.      Kemampuan berubah
7.      Kemampuan berkarya
8.      Cara belajar yang berbeda
9.      Melakukan refleksi
10.  Ketidakseimbangan
11.  Sukses dalam program yang maksimal
12.  Waktu penyelenggaraan relatif singkat


Selamat mencoba,
Design Program Workshop – 0813 16777 108