Berbisnis Dengan Tuhan
diSebuah rumah kos, 1 September 2014.
Gagal kembali setelah bisnis yang dibangunnya selama 8 tahun di Pulau
Situ Gintung, kini berjualan beras pun gagal kembali harapannya mengganti
bidang ke percetakan pun mengalami hal yang sama... sepertinya dewi
keberuntungan belum datang kepada ku, setelah kegagalan ku pada bisnis
mengelola lokasi wisata edukasi di Pulau Situ Gintung aku banyak intropeksi
diri, ternyata pengalaman itu pun tidak membuat saya kapok untuk menjalani
bisnis kembali, melalui pola yang sama dengan tujuan yang berbeda.
Setelah satu lokasi – dua lokasi mencoba di jadikan mitra, setelah
bertemu dengan investor 1 dengan lainnya, akhirnya saya jadi cape sendiri, ..
soalnya semuanya hampir disebut gagal, akhirnya saya bertekatd untuk memulai
bisnisnya dari yang kecil-kecil dulu sambil menunggu peluang lebih lanjut.
Satu pagi, saya berkunjung ke rumah Amin, Amin melontarkan pernyataan
yang membuat saya tertarik. Kata Amin, “lebih baik kamu jadikan Tuhan sebagai
mitra bisnis. Pasti kamu sukses, sis..”.
“maksud kamu, Min ?” Saya balik bertanya.
“Iya, selama ini kan kamu cerita mondar-mandr sana-sisni buat cari
mitra bisnis, mitra usaha. Tapi yang ada uangmu habis untuk proses pencarian
mitra itu sendiri. Kamu lupa, itu kalo ada Dzat yang Maha Kuasa diatas kuasa
orang-orang yang kamu anggap hebat tadi”.
Berfikir saya sejenak sambil napak tilas “pikiran” tentang apa yang
saya lakukan selama ini, selalu mencari lokasi untuk dijadikan mitra membuat
“lokasi outbound” atau mencari investor untuk membuka sekolah “Public
Speaking”nya tetapi semuanya Nihil... hm’’’benar juga”, kata saya dalam hati.
Saya lupa bahwa selama ini ada Tuhan, Allah yang justru memiliki segala
kekayaan para calon mitra bisnisnya.
Allah juga Maha memiliki kehendak. Termasuk terhadap jadi tidaknya
bisnis yang saya jalankan.
“Bagaimana saya bisa lupa dengan hal itu ya.. ?” sering kali saya
melalaikan sholat, apalagi saat ada kegiatan outbound training yang durasinya
dari jam 8 pagi – 5 sore, biasanya waktu sholat zhuhur lewat, ashar bablas
sampe maghribnya pun pupus, cuman shubuhny doang biasanya sholat karena sedang
memohon agar acaranya lancar, sukses dan peserta datang/pulang dalam keadaan
selamat, sehat dan senang, pada saat saya memohon saja saya ingat dengannya
tetapi pada saat sudah dapatkan keingingannya lupa deh... maafin saya ya Allah,
sadar atau khilaf saya melakukan ini,.. saya menyesal.
Itu baru soal sholat belum lagi soal zakat, sebelum terima uangnya ya
berencana akan zakat setelah sudah terima lupa, “nah bisa jadi, itu juga yang
membuat rencana-rencana saya tidak mulus. Belum sukses aja udah lupa sama
Allah, apalagi nanti sudah sukses ? iya, kan... ?
Betul.. betol.. betull. .. begitu kata upin – ipin.... !
Sekaran, saya mulai sadar. Mitra bisnis yang selama ini dicari, adalah
Allah pemilik segalanya yang selama ini dilupakan oleh saya.
Saya bertanya lebih lanjut kepada Amin, “ngomong-ngomong, gimana
caranya bermitra dengan Allah ?”
Bermitra dengan Allah itu ada empat cara. Yang Pertama Saya harus ikhlas, tulus untuk meluangkan waktu
bersujud menyembahNya, luangkan waktu yang kita miliki untuk Nya jika demikian,
maka Allah pun akan meluangkan waktu untuk kita, maka jangan salahkan Allah
yang tidak memperhatikan kita, kalo kita pun tidak pernah menyembahnya, jika
kita tidak pernah mendapatkan rahmatNya, sulit mendapatkan bantuanNya, hidup
menjadi biasa-biasa saja, kering, tanpa curahan kasih sayang dan kepedulian
dari-Nya.
Tips :
-
Langsung ambil wudhu jika mendengar suara azan,
kalo lagi nanggung (kerja, rapat, atau ngajar), buat alarm dalam pikiran dengan
cara “Ya Allah setelah ini selesai hal pertama yang saya lakukan adalah
Sholat”, Ingatkan saya ya Allah... kombinasikan dengan Tarikan napas... tahan 5
hitungan sambil ucapkan katan diatas.... setelah itu hembuskan perlahan...
Cara yang Kedua memilih bisnis yang benar dilakukan dengan
benar, dan dijalankan bersama-sama orang yang benar dengan kata lain :
“terkadang, kita tahu kalau bisnis yang kita jalani itu benar adanya,
tetapi kita bermitra dengan orang yang kita tahu sumber uangnya berasal dari
penghasilan yang tidak halal. Dari korupsi,
misalnya, atau uang modal dari hasil curian. Bagaimana Allah mau
membantu ? sedangkan dia tidak suka dengan kezaliman. Apalagi kalau bisnis yang
kita jalani bukan bisnis yang halal dan legal.
Ada juga, bisnisnya benar, mitranya kita juga benar, tetapi kita
berlaku curang alias membuat aniaya terhadap mitra kerja atau anak buah kita.
Atau dengan membantu klien melakukan manipulasi pembayaran dengan mark up, atau mengadakan yang tiada...
daripada projectnya ga kita diembat aja dah...
“kalau kita sudah melakukan hal itu dalam arti kita mau shalat, kita
pilih bisnis yang legal, dan sehat, kemudian mitra kerja kitapun dari kalangan
baik-baik, kita jalankan juga ia dengan cara yang baik, lalu apalagi ?”
Maka cara yang ketiga, yaitu menetapkan tujuan, mau dibawa kemana niat
kita. Ketika kita sudah meluruskan niat, kemudian usaha kita berhasil,
kesuksesan tersebut tidak akan membuat kita sombong dan lupa diri. Ketika kita
sudah meluruskan niat, kemudian usaha berhasil, kesuksesan tersebut akan
membuat kita untuk mau berbagi dan peduli dengan orang lain.
Kalau sudah seperti itu, Allah akan menjadi pihak pertama yang akan
mendukung kita dari depan, belakang, sampai kanan dan kiri kita. Ia juga akan
mengirmkan malaikat untuk menyokong dan mengamankan jalannya cerita kehidupan
kita. Dia pun akan menunjukkan cara teraman dan ternyaman bagi kita untuk
merengkuh kekayaan dan kesuksesan yang bersih.
Saya pun mengangguk paham. Benaknya menyimpulkan bahwa shalatlah nomor
satu, kemudian memilih bisnis yang benar, lalu menjalankannya dengan benar, dan
selanjutnya selektif dalam memilih mitra bisnis.
Cara yang keempat... kata amin kepada saya...
“apalagi”...?
Yang keempat, tidak selslau lupa berdoa. Berdoa adalah wujud
ketergantungan kita kepaa Allah. Kita dianggap telah berlaku sombong apabila
sampai melupakan doa. Hal itu menandakan bahwa kita tidak lagi memerlukan
pertolongan Allah. Berdoa buka sekadar pelengkap, melainkan faktor pendukung
utama ketika kaki mulai terjejak kedunia
bisnis, dalam kehidupan berdoalah di awal, ditengah, dan diakhir kegiatan
bisnis.
Hmm... pertemuan yang mengesankan padahal awalnya saya mau dia ikut
kegiatan outbound saya di Hotel Rancamaya, terima kasih Amin, saya tidak
menyangka kalau amin bisa menasihati saya, terima kasih Amin mau memberi
sesuatu yang lebih berharga dari uang.
Ternyata nasihat itu tidak hanya datang
Dari orang yang berpengalamanan,
Lebih tua atau orang tua kitas sendiri
Nasihat datang dari teman, anak buah, mitra
Bahkan dari alam pun dapat terjadi
Memaknai setiap kejadian untuk dijadikan
Pelajaran jauh lebih baik.
Salam...
Isharyadi
www.eksisna.com