Laman

Hati - Hati Menggunduli Kepala Bayi ...

 Hati-hati Menggunduli Kepala Bayi…!


Selain corat-coret di atas kanvas dengan garis dan warna, hobby lain saya yang mungkin terbilang unik adalah “menggunduli kepala bayi”…! :) Entah sudah berapa kepala bayi kubuat licin dan mengilap bak Saolin..:) Namanya hobby, berarti kesenangan…tentunya melakukannya dengan tulus ikhlas dan senang hati.

Hobby ini bisa timbul karena berbagai alasan, maupun tanpa alasan. Ia timbul dengan sendirinya alias bawaan orok, begitu orang bilang.  Namun ada juga karena melihat orang lain melakukan sesuatu hal, lalu mencoba meniru dan akhirnya menyukai aktifitas tersebut. Entah itu berupa melukis, menjahit, menyulam, memasak, mengotak-atik radio, bongkar-pasang dari kipas angin hingga motor sampai truk…”asal jangan terima bongkar ga terima pasang aja barangkali”..!  :)
Saya menyadari hobby “membotaki rambut”mulai tumbuh sejak saya SMP. Entah dari kapan persisnya, Bapak saya senang mencukur rambutnya hingga botak. Katanya terasa segar dan enteng. Lalu kemana-mana lebih suka pakai kopyah putih…:)

Nah…untuk membotaki itu sering minta bantuan tetangga kami di kampung sana. Dan orangnya itu-itu saja. Karena Bapak saya termasuk detail, kabarnya orang lain tak bisa melakukan sebaik tetangga sebelah kanan kami, yang katanya tangannya empuk/halus dan hasilnya bersih nyaris sempurna. Tak ada luka satu pun saat melakukan tugasnya.

Suatu hari, saya menawarkan diri untuk mencoba mengambil alih pekerjaan itu, karena saya sudah sering memperhatikan bagaimana si tetangga kami bekerja. Alasan lain, biar ga terus-terusan merepotkan tetangga juga, apalagi si penerima job tidak pernah mau menerima upah. Ya itulah salah satu sisi indahnya kehidupan di desa yang masih saya simpan hingga kini. Kami semua sangat mengedepankan gotong royong dan rasa kekeluargaan. Sesuatu yang mungkin tak pernah bisa disejajarkan dengan kehidupan di perkotaan.

Iki jenengane wis pas tanganmu…Bapak sesuk maneh dicukur kowe wae wis yo nDuk..! – Tanganmu sudah pas, lain kali Bapak dicukur rambut sama kamu aja deh…” Demikian kira-kira pujian Bapak saya yang menumbuhkan kebanggaan saat pertama kali bisa menggunduli rambut beliau dengan sukses…:) Sebuah pujian kecil dan sepele…namun begitu membuat saya antusias untuk segera menjalankan tugas ”membotaki kepala” secara periodik beberapa bulan sekali, sampai sekitar 8 tahun berikutnya hingga beliau berpulang menghadap Sang Khalik.

Dari situlah akhirnya hobby saya tumbuh dan bayi pertama yang menjadi klien saya adalah Sarah, keponakan sendiri.

Setelah itu merembet ke bayi-bayi lain, karena setiap ada sahabat atau tetangga dekat yang mempunyai bayi, saya akan dengan riang gembira menawarkan diri untuk membotaki rambut dengan gratis…:) Maka, sebulan lalu, ketika bayi sahabat saya sudah memasuki usia 40 hari, serta merta saya menawarkan diri untuk membotaki kepalanya.

Awalnya ia ragu, karena sudah berencana pergi ke tukang cukur. Namun setelah saya yakinkan tentang hobby saya dan kepala siapa saja yang sudah saya botaki, akhirnya sahabat saya menyerahkan kepala bayinya untuk saya botaki…:)

Sedikit berinovasi, saat menggunduli rambut itu, saya biasanya melantunkan sayup-sayup shalawat nariyah ataupun lagu-lagu Opick  ( karena kalau ga sayup-sayup orang akan menyuruh saya diam, daripada terganggu dengan suara yang kurang dari pas-pasan…he he he..red). Tujuannya, agar si bayi nyaman dalam pegangan orang asing selain ibu/bapaknya tentu. Dan lainnya adalah, bacaan dan lantunan menyebut asmaNya adalah kalimat indah yang harus sering diperdengarkan bagi bayi, dimana otaknya berfungsi layaknya mesin fotocopy Xerox. Nyaris informasi yang masuk akan ditangkap dicopy sempurna 100%.

Bu…bad news…saudara sepupu adik iparku babynya dirawat di ICU RS di Hasan Sadikin Bandung. Tau ga kenapa? Gara-gara rambutnya dibotakin di tukang cukur pakai baterai!” Demikian sahabat saya tergopoh-gopoh menceritakan kejadian memilukan itu.

Dari hasil analisa dokter, bayi familinya itu menderita gegar otak akibat getaran mesin bertenaga baterai pencukur rambut! Astaghfirullah….Tak terbayangkan penyesalan orang tuanya tentu. Meski untuk seorang bayi, InsyaAllah akan cepat recovery, tapi bencana itu tak perlu terjadi jika semua ibu sadar akan bahaya tindakannya.

Otak bayi masih sangat rentan dan sangat sensitif terhadap berbagai getaran maupun benturan. Dan setiap bayi pun mempunyai perbedaan kecepatan tumbuh kembang organ-organ tubuh, termasuk tempurung otak.

Di balik keprihatinan atas musibah tersebut, masih terselip rasa syukur sahabat saya, karena ia mau menerima “tukang cukur amatiran” seperti saya. Dengan teknik jadul, dengan tembang mungkin jadul……namun InsyaAllah tetap hati-hati, dan safety first !:):)


eksisna

About eksisna

Komitmen, pengetahuan, pengalaman dan kepedulian kami siap memfasilitasi demi tercapainya tujuan dari tiap-tiap individu yang mempercayakan kepada kami.

Subscribe to this Blog via Email :