PT. Tokai
Rika Indonesia, Ditulis oleh : dita widodo
Ancol, 25
oktober 2015.
Mendengar kata ”MENUNGGU”, apa yang pertama kali
melintas dalam pikiran?
Sebagian kita menjawab ”sesuatu yang membosankan,
menjemukan, menjengkelkan!”
Sebagian lain yang mencoba belajar bersikap bijak akan
menjawab ”menguji kesabaran”.
Tapi coba perhatikan baik-baik, bukankah suka atau
tidak suka, sesungguhnya kita semua sering harus menjadi kaum penunggu?
Bagi bis pariwisata, saatnya tune-up kendaraan, mengganti
interior, mengecat ulang body kendaraan, merencanakan strategi pemasaran yang
lebih jitu, dst dll.
Dan bagi event organizer dan pebisnis travel, meski tidak libur
total, ada banyak waktu untuk me-review pekerjaan
11 bulan sebelumnya. Sejenak bernafas sambil belajar ilmu-ilmu baru, yang
sering tidak sempat dilakukan di saat kehebohan di hari-hari normal lainnya.
Untuk seorang sales, marketing, dan sejenisnya, kata
”menunggu” sudah bukan lagi kata negatif yang meracuni pikiran. Setelah
seseorang membuat penawaran, mempresentasikan produk atau program yang
dijualnya, kemudian yang dilakukan adalah : menunggu. Dan pekerjaan menunggu
ini pun diisi dengan mencari prospek klien baru, membuat penawaran, dan
presentasi atau terlibat proses produksi. Adapun sisanya adalah untuk belajar
dengan aneka metode yang ’khas” dirinya. Saya sangat yakin, putaran proses
itulah yang terjadi dari bisnis terkecil hingga terbesar, di sektor usaha
apapun, tanpa kecuali.
Setelah proses penawaran dan penjajakan tahun 2014 di PT. Tokai
Rika Indonesia, Akhirnya perusahaan kami ditunjuk sebagai Mitranya untuk meng-organizer
acara Employee Gathering dengan Tema: One Team for Bright Future, yang
berlokasi di Lokasi: Ancol Pantai Utara (wisata di ATlantis dan Dufan), tepat
tanggal: 25 oktober 2015 (sesuai dengan ulang tahunnya yang ke 4 Tahun) dengan
jumlah Peserta: 600 orang, dan penyelenggaraanya sukses sesuai dengan harapan
inilah yang disebut sengsara membawa nikmat, heheeee.... menunggunya membuat
kita sengsara kenikmatannya pada saat perusahaan kami ditunjuk sebagai Mitra
penyelenggaranya...
Meminjam istilah Mas Prie GS, seorang budayawan yang
mengaku mempunyai tinggi badan kurang ideal dan merupakan salah satu tokoh
berpengaruh dalam mendorong keinginan saya belajar menulis adalah :
”terkait dengan caramu menunggu, disitulah
letak martabat hidupmu…”
Maka, setiap ada kesempatan menunggu, ingin saya bisa ”njawil” diri sendiri…”Hei, apa yang
sedang dan akan kau lakukan? Inilah saatnya membangun martabat diri. Sebuah
nilai yang mungkin penting di mata sesama. Tapi jauh lebih penting di hadapan
sang pemberi waktu.. Karena di sinilah manusia bisa menyatakan syukurnya atas
anugerah terbesar ialah : SANG WAKTU”.