Selain corat-coret di atas kanvas dengan garis dan warna, hobby
lain saya yang mungkin terbilang unik adalah “menggunduli kepala bayi”…! :)
oleh : dita widodo
Entah sudah berapa kepala bayi kubuat licin dan mengilap
bak Saolin..:)
Namanya hobby, berarti kesenangan…tentunya melakukannya
dengan tulus ikhlas dan senang hati.
Hobby ini bisa timbul karena berbagai alasan, maupun
tanpa alasan. Ia timbul dengan sendirinya alias bawaan orok, begitu orang
bilang. Namun ada juga karena melihat orang lain melakukan sesuatu hal,
lalu mencoba meniru dan akhirnya menyukai aktifitas tersebut. Entah itu berupa
melukis, menjahit, menyulam, memasak, mengotak-atik radio, bongkar-pasang dari
kipas angin hingga motor sampai truk…”asal jangan terima bongkar ga terima
pasang aja barangkali”..! :)
Saya menyadari hobby “membotaki rambut”mulai tumbuh sejak
saya SMP. Entah dari kapan persisnya, Bapak saya senang mencukur rambutnya
hingga botak. Katanya terasa
segar dan enteng. Lalu kemana-mana lebih suka pakai kopyah putih…:)
Nah…untuk membotaki itu sering minta bantuan tetangga
kami di kampung sana. Dan orangnya itu-itu saja. Karena Bapak saya termasuk
detail, kabarnya orang lain tak bisa melakukan sebaik tetangga sebelah kanan
kami, yang katanya tangannya empuk/halus dan hasilnya bersih nyaris sempurna.
Tak ada luka satu pun saat melakukan tugasnya.
Suatu hari, saya menawarkan diri untuk mencoba mengambil
alih pekerjaan itu, karena saya sudah sering memperhatikan bagaimana si
tetangga kami bekerja. Alasan lain, biar ga terus-terusan merepotkan tetangga
juga, apalagi si penerima job tidak pernah mau menerima upah. Ya itulah salah
satu sisi indahnya kehidupan di desa yang masih saya simpan hingga kini. Kami
semua sangat mengedepankan gotong royong dan rasa kekeluargaan. Sesuatu yang
mungkin tak pernah bisa disejajarkan dengan kehidupan di perkotaan.
”Iki jenengane wis pas tanganmu…Bapak sesuk maneh dicukur kowe wae wis yo
nDuk..! – Tanganmu sudah pas, lain kali Bapak dicukur rambut sama
kamu aja deh…” Demikian kira-kira pujian Bapak saya yang menumbuhkan kebanggaan
saat pertama kali bisa menggunduli rambut beliau dengan sukses…:)
Sebuah pujian kecil dan sepele…namun begitu membuat saya
antusias untuk segera menjalankan tugas ”membotaki kepala” secara periodik
beberapa bulan sekali, sampai sekitar 8 tahun berikutnya hingga beliau
berpulang menghadap Sang Khalik.
Mungkin inilah yang disebut pujian yang membawa kebaikan.
Tidak semua pujian menjerumuskan.Kadang justru pujian kecil itu menjadikan seseorang
percaya diri, dan akhirnya berusaha untuk bisa melakukan sesuatu dengan lebih
baik, dan lebih baik lagi…:)
Dari situlah akhirnya hobby saya tumbuh dan bayi pertama
yang menjadi klien saya adalah Sarah, keponakan sendiri.
Setelah itu merembet ke bayi-bayi lain, karena setiap ada
sahabat atau tetangga dekat yang mempunyai bayi, saya akan dengan riang gembira
menawarkan diri untuk membotaki rambut dengan gratis…:)
Maka, sebulan lalu, ketika bayi sahabat saya sudah
memasuki usia 40 hari, serta merta saya menawarkan diri untuk membotaki
kepalanya.
Awalnya ia ragu, karena sudah berencana pergi ke tukang
cukur. Namun setelah saya yakinkan tentang hobby saya dan kepala siapa saja
yang sudah saya botaki, akhirnya sahabat saya menyerahkan kepala bayinya untuk
saya botaki…:)
Sedikit berinovasi, saat menggunduli rambut itu, saya
biasanya melantunkan sayup-sayup shalawat nariyah ataupun lagu-lagu Opick
( karena kalau ga sayup-sayup orang akan menyuruh saya diam, daripada terganggu
dengan suara yang kurang dari pas-pasan…he he he..red). Tujuannya, agar si bayi
nyaman dalam pegangan orang asing selain ibu/bapaknya tentu. Dan lainnya
adalah, bacaan dan lantunan menyebut asmaNya adalah kalimat indah yang harus
sering diperdengarkan bagi bayi, dimana otaknya berfungsi layaknya mesin
fotocopy Xerox. Nyaris informasi yang masuk akan ditangkap dicopy sempurna
100%.
Maka, dengarkanlah suara dan kata-kata
pilihan buat si kecil…:)
”Bu…bad news…saudara sepupu adik iparku babynya dirawat di ICU RS di
Hasan Sadikin Bandung.
Tau ga kenapa? Gara-gara rambutnya dibotakin di tukang cukur pakai baterai!” Demikian sahabat saya tergopoh-gopoh
menceritakan kejadian memilukan itu.
Dari hasil analisa dokter, bayi familinya itu menderita gegar otak
akibat getaran mesin bertenaga baterai pencukur rambut! Astaghfirullah….Tak
terbayangkan penyesalan orang tuanya tentu. Meski untuk seorang bayi, InsyaAllah
akan cepat recovery, tapi bencana itu tak perlu terjadi jika semua ibu sadar
akan bahaya tindakannya.
Otak bayi masih sangat rentan dan sangat sensitif terhadap
berbagai getaran maupun benturan. Dan setiap bayi pun mempunyai perbedaan
kecepatan tumbuh kembang organ-organ tubuh, termasuk tempurung otak.
Di balik keprihatinan atas musibah tersebut, masih terselip rasa
syukur sahabat saya, karena ia mau menerima “tukang cukur amatiran” seperti
saya. Dengan teknik jadul, dengan tembang mungkin jadul……namun InsyaAllah tetap
hati-hati, dan safety first !:):)
Meski ini adalah informasi ringan, mohon jika
sempat ingatkan cerita tentang bahaya pisau cukur berbaterai terhadap bayi
tersebut, bagi setiap sahabat, saudara dan orang-orang terdekat.
Semoga bermanfaat ! :)