Bisakah Belajar NLP Hanya Dari Buku ?
Satu pertanyaan yang sering
dilontarkan orang yang baru mengenal NLP adalah: Bisakah saya mempelajari NLP
hanya dengan membaca buku? Dulu saya menjawab 'ya', namun tidak lama kemudian
saya menjawab 'tidak'. Kini, saya lebih yakin bahwa pertanyaan di atas kurang
tepat. Seharusnya pertanyaannya adalah: "Bisakah saya mempelajari NLP
dengan baik dari membaca buku?", atau mungkin "Apakah mempelajari NLP
dari membaca buku membantu saya mencapai apa yang saya inginkan (outcome)?"
Saya mengenal NLP pertama kali
juga dari buku. Kalau tidak salah bukunya Anthony Robbins: Unlimited Power dan
Steve Andreas dkk: NLP The New Technology of Achievement. Saya bangga sekali.
Lebih bangga lagi ketika saya tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika saya
menyadari potensi NLP, saya langsung menghadiri practitioner training dan lanjutannya. Apa pasal? Supaya
saya bisa MEMPRAKTIKKAN SEMUA TEKNIK-TEKNIK ITU. Ini adalah, dalam pandangan
saya, salah satu dari perbedaan yang membedakan diantara orang-orang yang
berkecimpung dalam NLP.
Ada orang yang membaca beberapa
buku NLP, tidak pernah menghadiri pelatihan NLP sekalipun, tidak bergabung
dalam NLP Practice Group, tidak pernah mempraktikkan model-model NLP dalam
kehidupan nyata sehari-hari, lalu mengaku bahwa mereka menguasai NLP. Secara
pribadi, saya kira ini cukup membingungkan pada saat orang tersebut kemudian
membuat pelatihan NLP (baik formal maupun informal). Seperti pepatah:
"Orang yang tahu,melakukan; orang yang tidak tahu, mengajarkan".
Memahami, Melakukan dan Mengajarkan itu yang kami setiap workshop yang kami sajikan. |
Saya membaca berbagai macam buku
NLP dua tahun sebelum mengambil sertifikasinya dan belajar banyak sekali dari
situ. Contoh: waktu itu saya punya fobia ketinggian dan kelebihan berat badan
yang membahayakan kesehatan saya. Ketika saya mempraktikkan teknik 'Phobia Cure'
dan 'Swish', sekarang fobia saya lenyap dan lemak badan saya berkurang lebih
dari 20 kg. Saya tidak berani melakukan kedua teknik diatas pada orang lain
sampai saya menghadiri trainingnya. Saya tahu bahwa kalau saya nekat
melakukannya akibatnya bisa fatal. Apa sebab? Karena saya belum mampu
mengintegrasikan berbagai macam teknik NLP yang menurut saya merupakan sebuah
syarat mutlak untuk menerapkan NLP dengan baik dan benar. Sebagai contoh, well-formed outcome saya begitu lemah pada saat saya
menerapkan 'Phobia Cure' pada orang lain ketika mendefinisikan outcomenya tanpa
menggunakan teknik Anchoring, tanpa melakukan kalibrasi dengan klien secara
efektif, dan tanpa menggunakan 'hypnotic language pattern' untuk mempermulus
prosesnya. Hanya ketika saya sudah menghadiri training NLP semua
keterampilan-keterampilan di atas mulai terintegrasi.
Menggunakan NLP lewat jalur yang
aman (pelatihan NLP) adalah hal penting dalam saya mempelajari sesuatu. Namun,
saya juga menghargai perbedaan gaya orang dalam belajar. Beberapa orang yang
membaca buku NLP, menerapkannya didunianya dan meraih keberhasilan luar biasa.
Andaikan saya yang melakukan hal tersebut, saya mungkin melakukannya dengan
cara yang 'tidak elegan' dan barangkali bisa terjebak dalam situasi yang sulit,
tanpa memiliki sumberdaya untuk keluar dari situasi tersebut tanpa
mengembangkan satu jenis fobia baru! Dengan mengikuti training terlebih dulu,
saya punya rasa percaya diri atas keterampilan-keterampilan saya dan kemampuan
saya untuk secara luwes menerapkan keterampilan-keterampilan tersebut dalam
situasi dan konteks yang berbeda-beda. Hal itu mendorong saya 'berpetualang' di
dunia dan melakukan banyak hal.
Ringkasnya: Dapatkah anda
mempelajari NLP dari membaca buku? Ya, bila anda dapat memetik 'pesan-pesan intelektual'
dari buku tersebut dan mempraktikkannya serta belajar dari umpan balik yang
anda terima. Namun bila anda tidak bisa melakukan hal ini, maka mungkin
training anda jauh lebih membantu. Tentu saja, pastikan anda belajar dengan
seorang trainer yang mampu mendorong anda menguasai keterampilan-keterampilan
ini dan menerapkannya. Banyak orang, menurut hemat saya, tidak menggunakan
keterampilan-keterampilan yang mereka miliki yang ada dalam NLP. Mereka
pontang-panting menjalani hidup, berpikir, "Andai saja X terjadi",
tanpa menyadari bahwa mereka telah memiliki keterampilan dalam genggaman tangan
mereka untuk membuat X terwujud (andai mereka mau 'membayar' berapapun harga
yang dibutuhkan untuk mendapatkan X). Mereka memiliki keterampilan untuk membuat
hidup sedikit lebih mudah, sedikit lebih mudah untuk orang-orang lain, dan
sedikit lebih manis untuk siapapun yang ada di sekitarnya.
Meskipun anda hanya memiliki
sedikit keterampilan membangun kedekatan hubungan (rappport), anda dapat
mempermulus relasi dengan orang-orang di sekitar anda.
Meskipun anda hanya memiliki
sedikit pengetahuan tentang Meta Model, anda bisa memanfaatkannya untuk
mengklarifikasi apa yang orang lain maksudkan, dan memperjelas apa yang anda
inginkan, serta mencegah salah tafsir dan kebingungan.
Meskipun anda hanya memiliki
sedikit pemahaman terhadap submodalities, anda bisa mengurangi rasa pedih atau
penderitaan, dan meningkatkan kesenangan serta semangat hidup.
Bila anda bisa lebih jauh
berjalan lewat sebuah training dan belajar lebih banyak lagi, apa lagi yang
dapat anda perbuat? Apa lagi? Apa lagi?
Apakah anda perhatikan
elemen-elemen umum di kalimat-kalimat terakhir di atas? ANDA. Untuk mempelajari
NLP dari membaca buku, ANDA harus merealisasikannya. Dengan anda menghadiri
sebuah training, akan memperpendek, lewat bantuan si trainer dan
peserta-peserta lain di training tersebut. Sekali anda menjadi sadar sebuah
keterampilan NLP (atau apapun), hanya anda yang dapat memastikan anda bisa
mempelajari keterampilan itu secara efektif. Beberapa orang merasa hal ini
adalah sebuah tanggung jawab besar; secara pribadi, saya merasa bahwa ini
adalah pendorong besar.
Pernahkah anda mendengar metafor
(cerita kiasan) tentang tiga orang pemasang batu bata yang ditanya apa
yang sedang mereka bangun? Salah satunya menjawab mereka sedang memasang batu
bata, orang kedua menjawab sedang membangun tembok, dan yang ketiga menjawab
sedang membangun sebuah katedral. Ketika saya membaca buku, namun tidak
menghadiri trainingnya, semua yang saya lakukan adalah memasang batu bata.
Ketika saya menghadiri practitioner training, saya sedang belajar bagaimana
cara membangun sebuah tembok. Pada saat saya mulai aktif menggunakan NLP untuk
membantu diri saya mewujudkan cita-cita saya, saya mulai membangun sebuah
katedral. Memang katedralnya belum jadi, namun sudah tampak kemegahannya sejauh
ini!
RH. Wiwoho